Apa Itu Rendemen – Pernahkah Anda mendengar tentang kata “rendemen”? Bagi para petani tebu, kata ini adalah hal yang sangat akrab. Rendemen seolah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan mereka.
Jadi, mengapa rendemen begitu penting? Keberhasilan usaha budidaya tebu oleh para petani sangat bergantung pada nilai rendemen yang dihasilkan setelah proses penggilingan atau ekstraksi tebu.
Anda bisa membayangkan, semakin tinggi nilai rendemen yang mereka peroleh, semakin besar hasil yang dapat diperoleh oleh petani tebu tersebut. Dengan rendemen yang tinggi, produksi gula pasir juga akan meningkat secara signifikan.
Baca Juga : Cara Menanam Buah Naga Stek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rendemen dapat diartikan sebagai keuntungan atau surplus dalam pendapatan suatu perusahaan. Secara lebih teknis, rendemen juga dapat dijelaskan sebagai persentase perbandingan antara berat kering (hasil akhir) dengan berat basah (saat panen), yang biasanya diukur dalam persen (%).
Tidak hanya di dunia tebu atau produksi gula, istilah rendemen sebenarnya digunakan dalam berbagai komoditas tanaman. Untuk lebih memahaminya, mari kita bahas beberapa contoh komoditas lain yang juga menggunakan konsep rendemen.
Baca Juga : Cara Menyetek Pohon Buah
Padi
Dalam konteks tanaman padi, kita mengacu pada nilai rendemen standar yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu sebesar 64%. Ini berarti, dari setiap 100 kg Gabah Kering Giling (GKG), akan menghasilkan sebanyak 64 kg beras.
Tebu
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, hasil utama dari produksi tebu adalah gula. Nilai rendemen tebu dihitung dengan membagi berat gula yang dihasilkan oleh berat tebu saat penggilingan, kemudian hasilnya dikalikan dengan 100%.
Secara umum, di Petani Tebu Rakyat (PTR), tingkat rendemen tebu berkisar antara 6% hingga 10%. Dengan kata lain, dari setiap 100 kg tebu dapat menghasilkan antara 6 kg hingga 10 kg gula.
Baca Juga : Cara Menanam Pucuk Merah Tanpa Akar
Jagung
Rendemen jagung mengacu pada persentase perbandingan antara berat jagung dalam keadaan kering dan basah. Misalnya, jika berat panen jagung dalam keadaan basah adalah 100 kg, kemudian setelah dikeringkan beratnya berkurang menjadi 80 kg, maka rendemen jagung adalah 80% (perhitungannya adalah berat kering dibagi berat basah dikalikan 100%).
Tingkat rendemen jagung mencapai 80% dianggap tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya rendemen jagung adalah ukuran jenggel yang kecil dan kadar air jagung basah saat panen.
Dapat disimpulkan bahwa semakin kecil ukuran jenggel, maka rendemen jagung semakin tinggi. Selain itu, semakin rendah kadar air jagung saat panen, maka rendemen juga akan semakin tinggi.
Baca Juga : Keunggulan Cabai TM 999
Kelapa Sawit
Dalam konteks kelapa sawit, istilah rendemen mengacu pada nilai persentase antara berat minyak kelapa sawit (CPO) terhadap berat Tandan Buah Segar (TBS).
Nilai rendemen kelapa sawit berkisar antara 20-25%. Dengan kata lain, dari setiap 100 kg TBS, akan menghasilkan sekitar 20-25 kg CPO.
Vanili
Rendemen pada vanili umumnya berada dalam kisaran 20-25%. Ini merujuk pada hasil proses pengeringan dari polong basah menjadi polong kering. Artinya, dari setiap 100 kg polong basah vanili akan menghasilkan sekitar 20-25 kg polong kering vanili.
Secara esensial, rendemen adalah apa yang diperoleh setelah melakukan proses pengolahan, ekstraksi, atau pengeringan, yang kemudian menghasilkan komoditas yang dapat langsung diperdagangkan di pasar atau digunakan dalam industri. Sebagai contoh, gula atau beras dapat segera dijual di pasar setelah proses pengolahan selesai, begitu juga dengan jagung yang sudah dikeringkan dan dipipil, yang kemudian bisa digunakan dalam produksi pakan ternak.
Baca Juga : Jenis Cabe Rawit Lokal
Namun, perlu diingat bahwa komoditas tanaman yang telah disebutkan di atas hanyalah beberapa contoh. Masih banyak lagi komoditas pertanian lainnya yang juga menghasilkan rendemen setelah melalui proses pengolahan yang sesuai.
Demikianlah informasi mengenai Apa Itu Rendemen dan penjelasannya. Semoga informasi ini bermanfaat.