Antraknosa Pada Bawang Merah – Bawang merah adalah salah satu produk pertanian unggulan yang telah lama dibudidayakan secara intensif oleh petani di Indonesia. Selain menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi wilayah, sayuran umbi ini juga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perkembangan ekonomi. Potensi pengembangan areal budidaya bawang merah di Indonesia sangat besar, mencapai sekitar 90.000 hektar. Hampir di seluruh wilayah Indonesia, terdapat 24 propinsi dari total 34 propinsi yang merupakan pusat produksi bawang merah dengan luas areal lebih dari 1000 hektar pada tahun 2003. Dengan luasnya lahan budidaya bawang merah yang demikian besar, mengapa kita masih mengimpor bawang merah hingga saat ini? Mengapa Indonesia tidak mampu memproduksi bawang merah sendiri?
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan merupakan pusat produksi bawang merah utama. Namun, sayangnya, meskipun memiliki luas lahan budidaya yang cukup besar, produksi bawang merah dalam negeri belum mencapai potensinya secara maksimal. Hal ini menyebabkan pusat-pusat produksi bawang merah belum dapat memenuhi permintaan pasar. Beberapa kendala yang dihadapi di lapangan menjadi penyebab utama mengapa kita masih mengimpor bawang.
Baca Juga : Hidroponik Sistem Wick
Penyebab Antraknosa, Penyakit Busuk Daun pada Bawang Merah
Dalam usaha pengembangan bawang merah sebagai bumbu masakan dan obat tradisional, kita sering menghadapi berbagai hambatan dan masalah di lapangan. Salah satu kendala serius dalam budidaya bawang merah adalah serangan penyakit antraknosa yang menyebabkan busuk pada daun. Penyakit antraknosa ini memiliki tingkat perkembangbiakan dan penularan yang tinggi, terutama pada musim hujan. Cendawan Collectricum gloeosporiodes menjadi penyebab utama penyakit busuk daun ini. Penyebaran penyakit ini terjadi dengan cepat pada kondisi kelembaban udara yang tinggi. Tanaman yang terinfeksi akan mati secara tiba-tiba dan serentak. Karena prevalensinya yang signifikan di daerah Brebes, yang merupakan sentra produksi bawang merah, penyakit ini dikenal dengan sebutan “penyakit otomatis”.
Baca Juga : Manfaat Asam Amino Untuk Tanaman
Gejala Penyakit Antraknosa pada Bawang Merah: Busuk Daun yang Perlu Diwaspadai saat Musim Hujan
Pada musim hujan, kita perlu memberikan perhatian ekstra terhadap penyakit busuk daun, yang juga dikenal sebagai antraknosa, pada bawang merah. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Collectricum gloeosporiodes yang dapat berkembang biak dan menyebar dengan cepat. Setelah 6 hari infeksi, cendawan tersebut menghasilkan konidia yang dilepaskan pada pagi hari antara pukul 02.00 dan 06.00. Cendawan ini dapat bertahan hingga 3 tahun pada sisa-sisa tanaman. Perkembangan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh jarak tanam, kelembaban cuaca, dan dosis pupuk nitrogen. Berikut ini adalah gejala serangan penyakit antraknosa (busuk daun) pada tanaman bawang merah:
- Terdapat bercak putih berbentuk lonjong hingga bulat, kadang-kadang berbentuk belah ketupat, pada daun bawang.
- Bercak putih pada daun membentuk cekungan kedalam dan berbentuk lubang.
- Daun yang terinfeksi akan patah dan layu dengan cepat.
- Jika infeksi terus berlanjut, akan terbentuk koloni konidia yang awalnya berwarna merah muda, kemudian berubah menjadi coklat muda, coklat tua, dan akhirnya hitam. Pada kondisi udara yang lembab, terutama saat musim hujan, konidia berkembang dengan cepat membentuk miselia yang menjalar dari helaian daun, menembus sampai ke umbi, dan menyebar di permukaan tanah. Miselia ini berwarna putih dan menginfeksi tanaman sekitarnya. Akibatnya, umbi membusuk, daun mengering, dan serangan penyakit tersebut menyebar sporadis sehingga pada lahan tanaman akan terlihat area yang botak di beberapa tempat.
Baca Juga : Fungsi Sulfur Bagi Tanaman
Mencegah Penyakit Busuk Daun (Antraknosa) pada Bawang Merah
Dalam upaya mencegah serangan penyakit busuk daun (antraknosa) pada tanaman bawang merah, kita dapat mengambil langkah-langkah berikut:
- Memperhatikan Pengolahan Tanah: Tanah perlu diolah dengan baik, terencana, dan benar. Penggunaan pupuk kandang ditambah dengan trichoderma (Trichopukan) dapat efektif mencegah beberapa jenis cendawan patogen.
- Menyiapkan Drainase yang Baik: Olah tanah dengan cara membuat bedengan yang memiliki sistem drainase yang baik, sehingga dapat mencegah terjadinya genangan air hujan, terutama pada lahan datar atau sawah.
- Pemanfaatan Mulsa Plastik: Jika bawang merah ditanam saat musim hujan, sebaiknya gunakan mulsa plastik. Mulsa plastik dapat menjaga kelembaban tanah tetap stabil dan mencegah pertumbuhan gulma.
Baca Juga : Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Akar Wangi
Pengendalian Penyakit Busuk Daun (Antraknosa) pada Bawang Merah
- Melakukan Rotasi Tanaman: Jangan menanam bawang merah secara terus-menerus di area tanah yang sama tanpa melakukan pergantian dengan jenis tanaman lain.
- Memperhatikan pH Tanah: Sebelum menanam bibit, penting untuk mengukur dan memperhatikan pH tanah. pH yang ideal untuk tanaman bawang merah berada dalam kisaran 5,6 hingga 7,0. Jika pH di bawah 5,5, taburkan kapur dolomit dengan dosis yang sesuai.
- Memilih Bibit Unggul: Gunakan bibit bawang merah unggul yang tahan terhadap penyakit.
- Menanam dengan Jarak yang Teratur: Tanam bawang merah dengan jarak tanam yang teratur dan tidak terlalu rapat.
- Penggunaan Pupuk yang Seimbang: Gunakan pupuk secara seimbang. Pemberian pupuk Nitrogen yang berlebihan dapat membuat tanaman lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
- Penanaman Tepat Waktu: Lakukan penanaman bawang merah pada waktu yang tepat, sesuai dengan musim tanam, dan secara serentak dalam satu area tanah. Hal ini dapat mengurangi risiko serangan penyakit cendawan.
- Perlakuan Benih: Sebelum melakukan penanaman, lakukan perlakuan pada benih menggunakan fungisida metil tiofamat.
Baca Juga : Tumbuhan Yang Mengandung Nitrogen Tinggi
Upaya Efektif dalam Mengendalikan Penyakit Busuk Daun (Antraknosa) pada Bawang Merah
Pengendalian penyakit busuk daun (antraknosa) pada tanaman bawang merah dapat dilakukan dengan beberapa langkah yang efektif dan mudah. Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit busuk daun pada bawang merah:
Melakukan pengamatan secara rutin terhadap perkembangan pertumbuhan bawang merah. Dengan melakukan pengamatan secara teratur, tindakan pengendalian dapat segera dilakukan begitu ditemukan gejala penyakit.
Baca Juga : Pupuk untuk Cabe Baru Tanam
Jika serangan masih terbatas dan belum menyebar secara luas, pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan membuang dan memusnahkan daun bawang yang terinfeksi. Hal ini membantu mencegah penyebaran lebih lanjut.
Untuk pengendalian organik, dapat dicoba menggunakan bubuk biji mimba atau ekstrak biji mimba. Campurkan 30–40 gram bubuk biji mimba dengan 1 liter air, kemudian semprotkan pada tanaman setiap 2–3 hari sekali.
Pengendalian penyakit secara kimiawi dapat menggunakan fungisida yang tersedia di pasaran, seperti Bion M, Czeb, Sorento, Score, Dakonil, atau Karibu. Pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan fungisida.
Baca Juga : Tumbuhan Yang Mengandung Nitrogen Tinggi
Penting untuk melakukan pengendalian penyakit busuk daun pada tanaman bawang merah sesegera mungkin. Penyakit antraknosa ini sangat berbahaya dan dapat menurunkan produksi hingga 50% atau lebih. Mulailah melakukan pengamatan sejak awal penanaman secara rutin, dan segera ambil tindakan jika terlihat adanya gejala serangan. Perlu diingat bahwa penggunaan fungisida dengan bahan aktif yang baik pun tidak akan efektif jika digunakan ketika serangan sudah parah.
Dengan demikian, metode-metode yang telah dijelaskan di atas merupakan cara yang efektif untuk mencegah dan mengatasi penyakit busuk daun pada tanaman bawang merah. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Anda dalam menjaga kesehatan tanaman bawang merah Anda.
Baca Juga : Tanaman Yang Cocok di Tanah Tandus
Itulah informasi mengenai Antraknosa Pada Bawang Merah. Semoga informasi ini bermanfaat.